Sabtu, 29 Desember 2007 di 17.37 |  


Victor Korchnoi

Legenda Hidup dalam Dunia Catur

DI atas bumi ini hanya ada dua pemain catur lanjut usia, Mark Taimanov (75) dan Victor Korchnoi (70), yang masih bermain. Keduanya dari Rusia yang dulu bernama Uni Soviet. Bedanya, Taimanov jarang ambil bagian dalam turnamen bergengsi-dan kalau pun ambil bagian prestasinya tidak pernah bagus-tetapi Korchnoi dalam usia lanjutnya itu masih bermain di sejumlah turnamen bergengsi dengan prestasi bagus. Bahkan beberapa kali juara. Pemain sepuh lain seangkatannya seperti Bent Larsen dan Boris Spassky, hanya sesekali tampil dalam turnamen. Si jenius Bobby Fischer malah sudah nyaris tak terdengar.

Tanggal 23 Maret lalu, tepat di hari jadinya yang ke-70, sebuah turnamen catur digelar di Saint-Petersburg, Rusia. Turnamen dimaksudkan untuk menghargai dedikasi Korchnoi terhadap permainan asah otak ini diikuti Korchnoi bersama lima grandmaster. Hebatnya, Korchnoi menjadi juara kedua bersama Rublevsky, juara pertama Konstantin Sakaev.

Di turnamen inilah dua sesepuh catur, Taimanov dan Korchnoi, saling menguji ketangkasan bermanuver. Hasilnya imbang. Di kota ini pula, April 1999 Korchnoi yang saat itu berusia 68 dipertemukan dengan Spassky, 63 tahun, dalam sebuah dwitarung 10 partai. Korchnoi membungkam mantan juara dunia yang kini hijrah ke Perancis dengan skor 6:4.

Berbicara tentang pria kelahiran Leningrad 23 Maret 1931 ini, ingatan tidak bisa lepas dari bayangan musuh bebuyutannya, Anatoly Karpov, yang juga sama-sama dari Rusia. Bedanya, Korchnoi sebuah pribadi pemberontak dan kontroversial. Dia tidak tunduk pada hasrat penguasa yang meminta "mengalah" dalam suatu pertandingan, yang di Uni Soviet merupakan hal yang lumrah.

Karena ulahnya itu, otoritas catur Soviet menekannya habis-habisan, yang membuatnya memilih hengkang dari tanah kelahirannya untuk pindah ke Swiss tahun 1976. Sedang Karpov yang dikenal memiliki pribadi sempurna, merupakan anak emas karena kepatuhannya kepada negara tanpa reserve. Selain tentu saja karena prestasinya yang memang sangat cemerlang saat itu.

Pemberontakan sekaligus pelarian Korchnoi menggambarkan betapa negara, dalam hal ini penguasa Uni Soviet, telah menelikung kebebasan warga negara sedemikian rupa hanya karena pertimbangan sepele: pilih kasih. Mereka yang melawan otoritas ditindas, sedang yang patuh apalagi berprestasi diperhatikan dengan baik. Maka melarikan diri menjadi pilihan terbaiknya, meski anak dan istrinya harus menerima tekanan dan intimidasi luar biasa penguasa komunis. Tetapi di Baguio City, Filipina, Korchnoi justru harus bertarung melawan Karpov. Saat itu Korchnoi boleh dibilang tidak muda lagi, 47 tahun, sedangkan lawannya 20 tahun lebih muda.
***

DALAM dwitarung di negeri Ferdinand Marcos inilah kontroversial dan jiwa berontaknya muncul. Lebih-lebih karena musuh yang dihadapinya memiliki ideologi yang jauh berbeda darinya. Bagaimana, misalnya masalah bendera, kursi, sampai papan catur menjadi benda-benda yang nyaris membuat dwitarung yang akhirnya terselenggara 18 Juli sampai 17 Oktober 1978 itu batal secara konyol. Korchnoi ingin bermain di bawah bendera Swiss, tetapi Karpov menolak karena sang lawan belum memegang paspor negeri arloji itu. Alhasil, baru kali itulah kejuaraan dunia catur berlangsung tanpa bendera di atas meja.

Lainnya, Korchnoi ngotot ingin menggunakan kursi putar miliknya, dan Karpov baru mengizinkan setelah kursi itu disinar-X di sebuah rumah sakit ternama di Baguio City. Karpov khawatir dalam kursi itu terdapat alat elektronik tersembunyi yang memungkinkan lawannya "berkomunikasi" dengan orang lain di luar pertandingan. Belum lagi tudingan kedua belah pihak yang menggunakan parapsikologi atau tukang sihir yang konon bisa mengacaukan pikiran.

Untuk berhadapan dengan Karpov, Korchnoi harus mengatasi para empu catur yang kala itu didominasi Uni Soviet dalam turnamen kandidat. Dua mantan juara dunia, Tigran Petrosian dan Spassky, dan kemudian Lev Polugaevsky, dilumatnya habis. Tetapi dalam dwitarung selama tiga bulan dengan memainkan 32 partai itu Korchnoi menyerah 5:6. Korchnoi merangkak lagi dalam pertandingan kandidat berikutnya, dan berhasil. Lagi-lagi lawan yang harus dipatahkannya ialah Karpov. Dan dalam rematch di Merano, Italia, tahun 1981, Korchnoi dilibas Karpov 6:2 dengan remis 10 kali.

Korchnoi yang fasih bahasa Rusia, Jerman, dan Inggris disebut-sebut sebagai legenda hidup dalam dunia catur. Dialah satu-satunya pecatur yang ikut turnamen kandidat mencari penantang juara dunia sampai delapan kali dan dua kali berhasil menjadi penantang. Empat kali Korchnoi menjadi juara nasional Uni Soviet. Saat di mana permainan bidak di atas 64 kotak dikuasai para pemain Uni Soviet, ada adagium yang mengatakan, menjadi juara Uni Soviet praktis menjadi juara dunia. Tetapi dalam perjalanannya menuju tangga juara dunia, dia dua kali dihabisi si anak emas Soviet itu. Tetapi dwitarung di Baguio City, dunia catur mengenalnya sebagai pertarungan yang tak terlupakan, the unforgettable battle.
***

KORCHNOI membuka mata pencinta dan pemerhati catur tatkala pada tahun 1968, pada usia yang sebenarnya tergolong tua untuk ukuran catur, 37 tahun, menghajar sejumlah grandmaster super dalam turnamen Las Palmas. Dia unggul 3,5 angka penuh, termasuk mengungguli Spassky yang setahun kemudian menjadi juara dunia. Tahun 1994 dalam turnamen di Ostrava, Moravia, Korchnoi yang kala itu berusia 63 tahun menjadi juara, unggul satu angka penuh dari saingan terberatnya yang rata-rata tentu masih muda. Belum lagi si gaek ini menjadi juara di turnamen San Fransisco dan sebuah turnamen yang diselenggarakan di Madrid, Spanyol.

Korchnoi sesungguhnya terlambat mengenal catur, yakni usia 11. Terlambat kalau dibanding dengan Gary Kasparov, Karpov, Viswanathan Anand, atau Vladimir Kramnik, yang sudah mengenal catur pada usia dini di bawah enam tahun. Meski baru mengenal catur saat usianya 11, namun 13 tahun kemudian Korchnoi menjadi juara Leningrad.

Sampai awal Januari lalu, Korchnoi telah memainkan 3.825 partai. Selama karir profesionalnya itu, dia membukukan kemenangan sebanyak 1.613, remis 1601, dan kalah 611. Musuh-musuhnya mengenang Korchnoi sebagai pemain yang matang mengkalkulasi varian dan sempurna dalam permainan akhir. Pecatur eksentrik asal Rusia Vassily Ivanchuk pernah mengagumi gaya permainan Korchnoi. Dia mengaku telah mempelajari secara mendalam seluruh partai yang pernah dimainkannya di tahun 1960-an. "Tetapi saya selalu mengalahkannya," katanya.

Alexander Geller, pecatur yang menjadi wasit Internasional mengenang Korchnoi akan kekukuhan sikapnya. Korchnoi kini telah kembali ke kota kelahirannya. Tetapi dia tahu persis, dirinya tidak sedang mengikuti naluri gajah, di mana menjelang ajal tiba selalu berupaya kembali ke tempat di mana dia dilahirkan. Seperti yang pernah dikatakannya, dia akan terus bermain dan bermain terus sampai akhirnya benar-benar tidak bisa bermain lagi. (Pepih Nugraha)
Diposting oleh Pepih Nugraha Label: , , , ,

0 komentar:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger template by blog forum